Di suatu ketika Raja gelgel sedang berburu tiba-tiba terjadi hujan lebat di hutan tegal lancut tersebut sehingga para pengikut raja berhamburan mencari tempat berteduh, salah satu pengikut istri yang disebutkan dalam pustaka tegal suci yaitu bernama Luh Nengah Pasek ketika hujan menerpa beliau akan memotong daun pisang sebagai payung sehingga meminjam belati yang dimiliki Dukuh Suladri, Sang dukuh berpesan agar berhati hati habis menggunakannya jangan menaruh sembarangan belati tersebut karena sangat suci dan sakti, akan tetapi lupa akan sarannya sang dukuh, Luh Nengah Pasek habis mengguakannya langsung menaruh di pinggangnya, sebagai akibat Luh Nengah Pasek Hamil, kemudiaan terlahirlah lagi putra beliau. Seiring dengan berjalannya waktu putra dari Luh nengah Pasek tumbuh dewasa kemudian mengembara sampai ke daerah Tegal Suci yang terletak di Desa Sampalan beliau dikenal dengan sebutan Dukuh Tegal Suci dan melakukan yoga semedi ditempat tersebut dan belajar ilmu spiritual dari Dukuh Sakti Pahang di wilayah Kerthalangu Badung sehingga memiliki pengetahuan
yang tinggi, ahli dalam ilmu sastra yang
mahautama,
paham tentang Catur Kamoksan atau jalan Moksa , serta falsafah menuju Kematian atau Tattwa Pati, kesaktian dan kemampuan spiritual keagamaan beliau sama seperti ayahnya (Dukuh Suladri), selanjutnya mampu membina tentang tatwa , usada, dan memimpin upacara agama di wilayah Tegal Suci.
Menurut babad pinatih dan pustaka tegal suci
disebutkan pula bahwa dikisahkan Ki Anglurah Agung Gde Pinatih memiliki mertua bernama I Dukuh Sakti Pahang atau I Dukuh Sakti berasal dari Kerthalangu . I Dukuh Sakti yang memang seorang yang memiliki
pengetahuan yang tinggi, ahli dalam ilmu sastra yang mahutama,
paham tentang Catur Kamoksan atau jalan Moksa, serta falsafahmenuju
Kematian atau Tattwa Pati. Suatu saat Sang Dukuh menghadap kepada I Gusti Anglurah
Pinatih :
Aum Ki Arya
Agung Pinatih, hamba sekarang memohon diri kepada tuanku, akan pulang
ke
Sorgaloka, akan moksah.
Karena
demikian kata I Dukuh, menjadi marah Kyai Anglurah Pinatih, serta berkata :
Uduh Kaki
Dukuh, seberapa besar karya yang Ki Dukuh sudah buat sehingga bisa
mengatakan
akan moksa ! , Saya saja yang begini, menjadi penguasa, banyak memiliki rakyat,
kokoh
membangun kebaikan, tidak bisa melakukan moksa. Sekarang kalau benar seperti
yang
dikatakan Dukuh yakni akan pulang ke dunia sana dengan moksa, saya akan berhenti
menjadi penguasa di
negara Badung!
Baru saja demikian kata Kyai Anglurah
Pinatih, segera Ki Dukuh berkata :
“Aum
Kyai Anglurah Agung Pinatih, sebagai ratuning Jagat Kerthalangu, janganlah I
ratu
berkata
demikian kepada hamba !. Memang benar hamba bisa moksa, ini simsim hamba
bawa
agar tuanku tidak kabjrawisa.
Ah masa aku kurang
apa. Sekarang kapan sira Dukuh akan melakukan moksah ?
menjawab
sira Dukuh :
Inggih,
pada hari besok hamba akan pulang moksa, pada saat sang Surya tepat diatas
kepala. Demikian atur
sira Dukuh. Karena sudah
pasti janji I Dukuh akan moksa, kemudian Kyai Anglurah Agung pinatih memberitahukan kepada
para bala dan menterinya semua agar mengawasi di rumah Kidukuh, serta agar
membawa tongkat, untuk mengakhiri beliau dengan tongkat apabila perkataan Ki
Dukuh membual. Demikian perintah Ida Kyai Aglurah Agung Pinatih kepada
rakyatnya semua. Pada keesokan harinya, semua
bersiap, bala pasukan serta para menteri menuju tempat kediaman
sira Dukuh. Sesampainya disana dilihat sira Dukuh sedang menggelar yogasamadhi, menghadapi pedupaan. Sesudah masak betul yoganya, kemudian ki Dukuh
menyampaikan sapa kutukan bagi Kyai Anglurah Agung Pinatih :
Inggih Kyai Anglurah Agung Pinatih, ratuning wilayah Kerthalangu, Jhah Tasmat semoga
Kyai
Anglurah Pinatih dirusak semut !?.
Sesudah menyampaikan
sapa kutukan itu, Ki Dukuh masuk ke pedupaan besar itu, lepas
hilang tidak
kelihatan lagi Ki Dukuh. Memang benar Ki Dukuh moksa tidak kembali lagi.
Sesudah itu, merasa
kagum takjub rakyat Kyai Anglurah Agung Pinatih, memang benar Ki
Dukuh moksa, kemudian disampaikannnya kepada Kyai Anglurah Agung Pinatih perihalnya
sira Dukuh. Saat itu Kyai Anglurah Agung Pinatih berdiam diri, berpikir dalam hatinya,
terlanjur mengeluarkan kata kata tidak baik. Kyai Pinatih Berpindah Tempat Dari Kerthalangu
Sesudah satu bulan tujuh hari lamanya, datanglah ciri Kyai Anglurah Agung Pinatih Rsi
didatangi semut tak terhitung banyaknya merebut, ada dari bawah, dari atas, jatuh
berkelompok kelompok. Itu sebabnya merasa gundah dan takut hati Kyai Anglurah Agung Pinatih
beserta para isteri, putra, cucu semuanya. Karena demikian keadaannya, kemudian diadakan pertemuan dengan sanak saudara semuanya, berencana akan berpindah dari Puri Kerthalangu. Akibatnya
pengaruh kutukan Dukuh tersebut berjalan dan sang menatu lari berpindah pindah
tempat karena dikejar semut sehingga pada akhirnya tiba di wilayah Huruk
mengandang juga disebut Pucung bolong yang sekarang disebut Desa Tulikup. Disebelah
utaranya adalah wilayah Dewa Gede Oka dari Taman Bali dan sebelah timurnya adalah sungai Melangit namanya. Karena tidak tahan akan
rebutan semut maka Kyai Anglurah Agung
Pinatih memohon kepada Dukuh sakti dari Tegal Suci yang pada saat itu
berada di wilayah Tegal Lancut (Tirta Harum), sehingga dengan kesaktian beliau
mampu menghilangkan kutukan dari mertuanya yaitu Dukuh Sakti Pahang,
setelah kejadian tersebut Kyai Anglurah Agung Pinatih menjadi
teman baik dengan Dukuh Tegal Suci. Kyai Anglurah Agung Pinatih setelah menghadap ke raja Dalem gelgel maka diberilah tempat disebuah desa di Klungkung yang bernama Bukit Mekar yang sekarang ini disebut dengan Desa Sulang, sehingga mendirikan Puri diwilayah itu yang dikenal dengan Puri Sulang Arya Wangbang Pinatih, disanalah pusaka suci sebuah keris yang bernama Ki Brahmana dan Sebuah Tombak yang bernama Ki Barugudug yang dibawa oleh Kyai Anglurah Agung Pinatih disimpan, pusaka tersebut merupakan warisan dari Empu Sedah abad X, Puja wali pusaka tersebut jatuh pada rahina saniscara wuku wayang.
Menurut babad tegal suci, Dukuh Tegal suci memiliki putra yang bernama I Tegal Jaya , I Tegal Sura dan seorang putri yang bernama Ni Luh Taman Candri. Kemudian Ni Luh Taman Candri dijadikan istri oleh raja Dalem Gelgel sehingga dikenal dengan sebutan Jro Sampalan, memiliki keturunannya berada di Satria Kawan sehingga pelinggih Jro Sampalan dapat kita temui sekarang ini di Pura Mrajan Agung Satria Kawan.
Dengan kemampuan keagamaan sebagai ahli Weda yang dimiliki oleh Dukuh tegal Suci sehingga mampu menjadi pendeta dan memimpin upacara, dalam hal ini membuat rasa tidak senang raja Dalem, untuk itu memerintahkan arya klpg, sehingga diseranglah untuk mengakhiri hidup sang dukuh karena yang boleh memimpin upacara agama adalah dari kasta seorang brahmana. Dengan demikian beliau Sang dukuh berpesan kepada arya klpg yang akan menyerangnya, dengan isi pesan tersebut " bahwa tidak ada senjata apapun yang bisa membuat saya mati, untuk itu pakailah daun ilalang untuk menyerang saya, dengan demikian segrombolan orang berbondong bondong mencari daun ilalang, sebelum diserang dengan daun ilalang Sang Dukuh Tegal Suci Sudah Moksa duluan menyatu dengan Sanghyang Brahman sehingga orang yang ingin menyerang akhirnya mengakui kesaktian dan kewisesaan Sang Dukuh Tegal Suci. setelah moksa di tempat tersebut dari sana tumbuhlah tanaman pohon beringin.
Menurut Babad Pasek dikisahkan Dukuh Tegal Suci mempunyai tugas sebagai pembimbing kerohanian dan pemimpin umat tentang upacara agama, adat dan usada, tempat meditasi dan Yogasemadhi beliau berada/sthana di Tegal Suci serta pondok/pesraman beliau untuk istirahat dengan putra putri beliau berada di sebelah timur (Purwaning Pura) Tegal Suci Suci. Tegal Suci dikenal sampai sekarang bernama Pura Dalem Suci , kenapa memakai nama Dalem hal ini dikarenakan Jro Dukuh mengingat kawitan kisah ibunya yaitu Ni Luh Nengah Pasek berasal dari warih keturunan Dalem di Kerajaan Gelgel sehingga Pura tersebut bernama Pura Dalem Suci. Sampai sekarang ini Pura tersebut diempon oleh para kawitan dan keturunannya, Puja Wali Pura Dalem Suci jatuh setiap Rahina Saniscara Wuku Landep. Keberadaan Pura tersebut terletak di Desa Sampalan Klod Br Lekok, Kec Dawan Kabupaten Klungkung.
Sumber : - Babad Tegal Suci
- Pustaka Tegal Suci.
- Babad Arya Pinatih.
- Babad Pasek.