Welcome to WINDUSARA , the spirit of Kresnadana in Bali

Selasa, 12 September 2017

Dukuh Tegal Suci

         Sesuai dengan pustaka tegal suci dikisahkan asal Dukuh Tegal Suci berasal dari Tegal Lancut yang merupakan salah satu putra dari Dukuh Suladri yang berpusat di lembah Tegal Lancut yang sekarang ini disebut Pura Tirta Harum terletak di perbatasan Kabupaten Bangli dengan Kabupaten Klungkung. Ini dikisahkan pada saat kerajaan gelgel yaitu Dalem Dimade mengungsi ke Desa Guliang akibat pembrontakan di kerajaan Gelgel, raja gelgel sering berburu dan berkunjung di lembah tegal lancut Tirta Harum untuk beristirahat, disana bertemu dan berteman dengan Dukuh Suladri, seiring dengan berjalanan waktu, sebagai tempat permandian sang raja maka raja memohon supaya dibuatkan taman. dikarenakan taman/telaga yang di buat oleh Dukuh Suladri di tempat tersebut tidak memiliki air untuk permandian sang raja, kemudian raja gelgel memohon kepada Dukuh Suladri supaya taman tersebut dialirkan air,  untuk itu Sang Hyang Dukuh Suladri memohon pada para Dewata di Gunung Agung ( Tohlangkir) dan dianugrahkan sebuah air suci, ketika dalam perjalanan pulang air suci tersebut tumpah sehingga dengan para pengabih Sang Hyang Dukuh  dibendunglah air suci tersebut supaya tidak mengalir kemana mana sehingga tempat pembendungan air tersebut dikenal dengan nama Desa Tembuku yang berarti bendungan, untuk menampung air yang telah tumpah para pengikut Dukuh Suladri memakai sebuah wadah yang berasal dari bambu, tempat mengambil bambu tersebut dikenal sampai sekarang ini dengan nama Desa Bungbungan ,  kata bungbung artinya tempat air dari bambu. Dengan kesaktian yang dimiliki oleh Sang Dukuh Suladri air tersebut dialirkan ke Tegal Lancut yaitu tongkat bliau ditancapkan kedalam tebing dan dicabut  kembali kemudian keluarlah air suci secara terus menerus dari tengah tebing tersebut untuk mengisi taman yang kering dan berbau sangat harum dan wangi  sehingga dikenal dengan nama Desa Tegalwangi . Setelah beberapa hari raja gelgel kembali berkunjung ke Tegal Lancut untuk beristirahat setelah berburu, dengan sudah berisi air di taman tersebut raja menjadi sangat senang dan mandi ditempat tersebut bersama para patih, istri dan pengikutnya. Disuatu ketika raja sedang mandi tiba tiba air permandiannya / pancuran air tidak mengalir atau tersumbat  kemudian raja menanyakan pada Dukuh Suladri masalah airnya yang tersumbat sehingga sang Dukuh mengecek ke sumbernya, ketika Sang Dukuh tiba di sumber pancoran tiba-tiba ada seorang bayi yang tiada lain adalah putra beliau sendiri putra Dukuh Suladri  yang diciptakan dari hasil kesaktian beliau yang membendung sumber air tersebut, putra beliau dikenal dengan nama I Dewa Taman Bali yang nantinya di angkat sebagai raja Taman Bali Bangli, dari sana menurunkan wangsa Satria Taman Bali.
      Di suatu ketika Raja gelgel sedang berburu tiba-tiba terjadi hujan lebat di hutan tegal lancut tersebut sehingga para pengikut raja berhamburan mencari tempat berteduh, salah satu pengikut istri yang disebutkan dalam pustaka tegal suci yaitu bernama Luh Nengah Pasek ketika hujan menerpa beliau akan  memotong daun pisang sebagai payung sehingga meminjam belati yang dimiliki Dukuh Suladri, Sang dukuh berpesan agar berhati hati habis menggunakannya jangan menaruh sembarangan belati tersebut karena sangat suci dan sakti, akan tetapi lupa akan sarannya sang dukuh, Luh Nengah Pasek habis mengguakannya langsung menaruh di pinggangnya, sebagai akibat Luh Nengah Pasek Hamil, kemudiaan terlahirlah lagi putra beliau. Seiring dengan berjalannya waktu putra dari Luh nengah Pasek tumbuh dewasa kemudian mengembara sampai ke daerah Tegal Suci yang terletak di Desa Sampalan beliau dikenal dengan sebutan Dukuh Tegal Suci dan melakukan yoga semedi ditempat tersebut dan belajar ilmu spiritual dari Dukuh Sakti Pahang di wilayah Kerthalangu Badung sehingga memiliki pengetahuan yang tinggi, ahli dalam ilmu sastra yang
mahautama, paham tentang Catur Kamoksan atau jalan Moksa , serta falsafah menuju Kematian atau Tattwa Pati, kesaktian dan kemampuan spiritual keagamaan  beliau sama seperti ayahnya (Dukuh Suladri), selanjutnya mampu membina tentang tatwa , usada, dan memimpin upacara agama di wilayah Tegal Suci.
    Menurut babad pinatih dan pustaka tegal suci disebutkan pula bahwa dikisahkan Ki Anglurah Agung Gde Pinatih memiliki mertua bernama I Dukuh Sakti Pahang atau I Dukuh Sakti berasal dari Kerthalangu . I Dukuh Sakti yang memang seorang yang memiliki pengetahuan yang tinggi, ahli dalam ilmu sastra yang mahutama, paham tentang Catur Kamoksan atau jalan Moksa, serta falsafahmenuju Kematian atau Tattwa Pati. Suatu saat Sang Dukuh menghadap kepada I Gusti Anglurah Pinatih : 
Aum Ki Arya Agung Pinatih, hamba sekarang memohon diri kepada tuanku, akan pulang 
ke Sorgaloka, akan moksah.
Karena demikian kata I Dukuh, menjadi marah Kyai Anglurah Pinatih, serta berkata :
Uduh Kaki Dukuh, seberapa besar karya yang Ki Dukuh sudah buat sehingga bisa
mengatakan akan moksa ! , Saya saja yang begini, menjadi penguasa, banyak memiliki rakyat,
kokoh membangun kebaikan, tidak bisa melakukan moksa. Sekarang kalau benar seperti
yang dikatakan Dukuh yakni akan pulang ke dunia sana dengan moksa, saya akan berhenti
menjadi penguasa di negara Badung!
Baru saja demikian kata Kyai Anglurah Pinatih, segera Ki Dukuh berkata :
“Aum Kyai Anglurah Agung Pinatih, sebagai ratuning Jagat Kerthalangu, janganlah I ratu 
berkata demikian kepada hamba !. Memang benar hamba bisa moksa, ini simsim hamba
bawa agar tuanku tidak kabjrawisa.
Ah masa aku kurang apa. Sekarang kapan sira Dukuh akan melakukan moksah ?

menjawab sira Dukuh :
Inggih, pada hari besok hamba akan pulang moksa, pada saat sang Surya tepat diatas
kepala. Demikian atur sira Dukuh. Karena sudah pasti janji I Dukuh akan moksa, kemudian Kyai Anglurah Agung pinatih memberitahukan kepada para bala dan menterinya semua agar mengawasi di rumah Kidukuh, serta agar membawa tongkat, untuk mengakhiri beliau dengan tongkat apabila perkataan Ki Dukuh membual. Demikian perintah Ida Kyai Aglurah Agung Pinatih kepada rakyatnya semua. Pada keesokan harinya, semua bersiap, bala pasukan serta para menteri menuju tempat kediaman sira Dukuh. Sesampainya disana dilihat sira Dukuh sedang menggelar yoga
samadhi, menghadapi pedupaan. Sesudah masak betul yoganya, kemudian ki Dukuh

menyampaikan sapa kutukan bagi Kyai Anglurah Agung Pinatih :

Inggih Kyai Anglurah Agung Pinatih, ratuning wilayah Kerthalangu, Jhah Tasmat semoga

Kyai Anglurah Pinatih dirusak semut !?.
Sesudah menyampaikan sapa kutukan itu, Ki Dukuh masuk ke pedupaan besar itu, lepas

hilang tidak kelihatan lagi Ki Dukuh. Memang benar Ki Dukuh moksa tidak kembali lagi.
Sesudah itu, merasa kagum takjub rakyat Kyai Anglurah Agung Pinatih, memang benar Ki
Dukuh moksa, kemudian disampaikannnya kepada Kyai Anglurah Agung Pinatih perihalnya
sira Dukuh. Saat itu Kyai Anglurah Agung Pinatih berdiam diri, berpikir dalam hatinya,
terlanjur mengeluarkan kata kata tidak baik. Kyai Pinatih Berpindah Tempat Dari Kerthalangu 
Sesudah satu bulan tujuh hari lamanya, datanglah ciri Kyai Anglurah Agung Pinatih Rsi
didatangi semut tak terhitung banyaknya merebut, ada dari bawah, dari atas, jatuh
berkelompok kelompok. Itu sebabnya merasa gundah dan takut hati Kyai Anglurah Agung Pinatih
beserta para isteri, putra, cucu semuanya. Karena demikian keadaannya, kemudian diadakan pertemuan dengan sanak saudara semuanya, berencana akan berpindah dari Puri Kerthalangu.  Akibatnya pengaruh kutukan Dukuh tersebut berjalan dan sang menatu lari berpindah pindah tempat karena dikejar semut sehingga pada akhirnya tiba di wilayah Huruk mengandang  juga disebut Pucung bolong yang sekarang disebut Desa Tulikup. Disebelah utaranya adalah wilayah Dewa Gede Oka dari Taman Bali dan sebelah timurnya adalah sungai Melangit namanya. Karena tidak tahan akan rebutan semut maka Kyai Anglurah Agung Pinatih memohon kepada Dukuh sakti dari Tegal Suci yang pada saat itu berada di wilayah Tegal Lancut (Tirta Harum), sehingga dengan kesaktian beliau mampu menghilangkan kutukan dari mertuanya yaitu Dukuh Sakti Pahang,  setelah kejadian tersebut Kyai Anglurah Agung Pinatih menjadi teman baik dengan Dukuh Tegal Suci. Kyai Anglurah Agung Pinatih setelah menghadap ke raja Dalem gelgel maka diberilah tempat disebuah desa di Klungkung yang bernama Bukit Mekar yang sekarang ini disebut dengan Desa Sulang, sehingga mendirikan Puri diwilayah itu yang dikenal dengan Puri Sulang  Arya Wangbang Pinatih, disanalah pusaka suci sebuah keris yang bernama Ki Brahmana dan Sebuah Tombak yang bernama Ki Barugudug yang dibawa oleh Kyai Anglurah Agung Pinatih disimpan, pusaka tersebut merupakan warisan dari Empu Sedah abad X, Puja wali pusaka tersebut jatuh pada rahina saniscara wuku wayang. 
        Menurut babad tegal suci, Dukuh Tegal suci memiliki putra yang bernama I Tegal Jaya , I Tegal Sura dan seorang putri yang bernama Ni Luh Taman Candri. Kemudian Ni Luh Taman Candri dijadikan istri oleh raja Dalem Gelgel sehingga dikenal dengan sebutan Jro Sampalan, memiliki keturunannya berada di Satria Kawan  sehingga pelinggih Jro Sampalan dapat kita temui sekarang ini di Pura Mrajan Agung Satria Kawan. 

       Dengan kemampuan keagamaan sebagai ahli Weda yang dimiliki oleh Dukuh tegal Suci sehingga mampu menjadi pendeta dan memimpin upacara,  dalam hal ini  membuat rasa tidak senang raja Dalem, untuk itu memerintahkan arya klpg, sehingga diseranglah  untuk mengakhiri hidup sang dukuh  karena yang boleh memimpin upacara agama adalah dari kasta seorang brahmana. Dengan demikian beliau Sang dukuh berpesan kepada arya klpg yang akan menyerangnya, dengan isi pesan tersebut " bahwa tidak ada senjata apapun yang bisa membuat saya mati, untuk itu pakailah daun ilalang untuk menyerang saya, dengan demikian segrombolan orang berbondong bondong mencari daun ilalang, sebelum diserang dengan daun ilalang Sang Dukuh Tegal Suci Sudah Moksa duluan menyatu dengan Sanghyang Brahman sehingga orang yang ingin menyerang akhirnya mengakui kesaktian dan kewisesaan Sang Dukuh Tegal Suci. setelah moksa di tempat tersebut dari sana tumbuhlah tanaman pohon beringin.
              Menurut Babad Pasek dikisahkan Dukuh Tegal Suci mempunyai tugas sebagai pembimbing kerohanian dan pemimpin umat tentang upacara agama, adat dan usada, tempat meditasi dan Yogasemadhi beliau berada/sthana di Tegal Suci  serta pondok/pesraman beliau untuk istirahat dengan putra putri beliau berada di sebelah timur   (Purwaning Pura) Tegal Suci Suci.  Tegal Suci dikenal sampai sekarang bernama Pura Dalem Suci , kenapa memakai nama Dalem hal ini dikarenakan Jro Dukuh mengingat kawitan kisah ibunya  yaitu Ni Luh Nengah Pasek berasal dari warih keturunan Dalem di Kerajaan Gelgel sehingga Pura tersebut bernama Pura Dalem Suci. Sampai sekarang ini Pura tersebut diempon oleh para  kawitan dan keturunannya,  Puja Wali Pura Dalem Suci jatuh setiap Rahina Saniscara Wuku Landep. Keberadaan Pura tersebut terletak  di  Desa Sampalan Klod Br Lekok, Kec Dawan Kabupaten Klungkung.





Sumber :  - Babad Tegal Suci
                 -  Pustaka Tegal Suci.
                 - Babad Arya Pinatih.
                 - Babad Pasek.